Kajian Keislaman; Mengenal Sang Reformer Islam K.H. Ahmad Dahlan

Kajian Keislaman; Mengenal Sang Reformer Islam K.H. Ahmad Dahlan

Oleh: Akhmad Ripai
STFI Sadra Jakarta
Sejarah Pemikiran Islam Nusantar

Latar Belakang

Perkembangan Islam di Nusantara sangatlah luar biasa pesat, Islam yang dianggap sebagai hal baru sekaligus agama baru di Nusantara sangat mudah diterima oleh warga masyarakat Indonesia. Ini tidak hanya sebagai sebuah ajaran namun sekaligus menjadi angin segar bagi masyarakat Indonesia.

Negara Indonesia yang sangat majemuk dengan segala perbedaannya membawa dampak dan berpengaruh pada ajaran Islam yang mau tidak mau bagi penyebarnya membaurkan diri dengan masyarakat dan mengajarkannya dengan culture yang sangat kental dengan masyarakat tersebut. Hal ini dikarenakan Islam merupakan agama yang sangat toleran terhadap perbedaan, sehingga dalam perkembangannya Islam tidak sulit untuk bisa melebarkan sayap-sayapnya ke seluruh penjuru wilayah di Indonesia. Dalam sejarah perkembangannya Islam di Indonesia terutama di Jawa cukup kental dengan sejarah Islam yang disebarkan oleh wali songo, yaitu waliyullah yang mendakwahkan Islam ke seluruh penjuru Jawa, mulai dari Sunan Maulana Malik Ibrahim hingga Sunan Gunung Jati.

Dalam mempelajari sejarah Islam di Indonesia kiranya akan menjadi sejarah yang sangat panjang namun tetap menarik, karena begitu banyak hal-hal yang menarik yang dilakuka tokoh-tokoh dengan ciri khas dakwahnya dan pemikirannya masing-masing, namun disini terdapat satu tokoh yang menarik perhatian saya yaitu seorang reformer Islam, seorang pembaharu Islam di Tanah Jawa pada mulanya yang akhirnya menyebar ke seluruh Indonesia yaitu Ahmad Dahlan.

Sebagaimana kita ketahui bahwa Ahmad Dahlan adalah seorang reformer Islam yang telah berjuang dengan gigih, dengan tanpa mengenal lelah tanpa putus asa untuk mengembangkan pembaharuan Islam di Indonesia. Dengan idenya yang bertajuk pemurnian Islam di Indonesia yaitu memberantas segala hal yang menodai kemurnian ajaran Islam sebagai agama yang suci yang berlandaskan pada Al-Quran dan Sunnah. Bagi Ahmad Dahlan Islam yang ia perjuangkan adalah Islam yang sejati, islam yang mudah dimengerti oleh akal dan pikiran serta hati yang suci.

Pengaruh perkembangan pemikiran Islam yang diusung oleh Ahmad dahlan ini cukup luas dan sangat menarik untuk dikaji, bahkan pemikiran tentang Purifikasi Islam ini sangatlah popular dikalangan masyarakat sejak zamannya hingga saat ini, dan dengan pemikirannya ini Ahmad Dahlan bisa memberikan kisah yang menarik dan penuh warna bagi perkembangan Islam di Indonesia. Pemikirannya yang sangat popular ini menjadikan penulis tertarik akan perjuangan yang dilakukan oleh Ahmad dahlan dalam mengembangkan pemikirannya yang hingga akhirnya bisa diterima di berbagai kalangan masyarakat di Indonesia dan sampai memunculkan organisasi yang cukup besar di Negara Negara kita ini yaitu “Muhammadiyah”. Namun pada penulisan ini, penulis akan focus terhadap Bioghrafi Seorang Ahmad Dahlan, Perjuangannya, pemikirannya serta dampaknya bagi Islam di Indonesia.

Biografi KH. Ahmad Dahlan

  1. Kelahiran

Pada Tahun 1868/1869 terlahirlah seorang bayi laki-laki yang bernama Muhamad Darwis Ia adalah seorang putera dari Kiai Haji Abubakar bin Kiai Mas Sulaiman , yaitu seorang Chatib Masjid Agung Kesultanan Jogja, sedangkan Ibunya yaitu Nyai Abubakar adalah seorang puteri dari H. Ibrahim bin Kiai Haji Hasan yang merupakan sebagai salah satu pejabat Kesultanan yaitu seorang Penghulu. Bisa disimpulkan bahwasanya seorang Ahmad Darwis merupakan seorang yang terlahir dari keluarga yang taat beragama.[1]

Kelahiran Ahmad Darwis menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri Bagi Pasangan Kiai Haji Abubakar dan Isteri, hal ini dikarenakan Muhamad Darwis adalah anak Lelaki pertama yang lahir di keluarga tersebut. Ketiga kaka dari Muhamad Darwis adalah perempuan dan begitu juga dengan sang adik Muhamad darwis[2]. Dari sumber lain mengatakan bahwa Muhamad Darwis Ini merupakan anak ke 4 dari tujuh bersaudara[3].

Adapun Urutan dari nama-nama saudara-saudara Muhamad Darwis adalah:

  1. Nyai Khatib Arum
  2. Nyai Muchsina (nyai Nur)
  3. Nyai H. Soleh
  4. Darwis (K.H. Ahmad dahlan)
  5. Nyai Abdurrahman
  6. Nyai H. Muhammad Fekih (ibu H. Ahmad Badawi)
  7. Muhammad Basrir[4]

Sedangkan jika melihat silsilahnya adalah Muhammad Darwis Putra H. Abu Bakar putra KH. Muhammad Sulaiman putra Kiai Murtadla putra Kiyai Ilyas putra Demang Jurang Juru Kapindo putra Jurang Juru Sapisan putra Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig putra Maulana Muhammad Fadlullah (prepen) putra Maulana ‘Ainul Yaqin putra Maulana Ishaq Putra Maulana Malik Ibrahim.

Melihat later belakang keluarganya, Muhammad Darwis berasal dari keluarga yang sangat kukuh terhadap masalah Keislaman Maka dari itu sepertinya tidak mengherankan di masa depannya Muhammad Darwis Menjadi seorang tokoh atau ulama besar di masanya hingga berpangaruh sampai saat ini.

  1. Pendidikan

Muhammad Darwis layaknya anak-anak kecil yan lain, yang dididik  oleh kedua orang tuanya, yaitu berupa pendidikan ilmu agama, seperti membaca Al-Quran, mengkaji ilmu nahwu dan sharaf, fiqih, tafsir dan lain sebgainya. Semua itu dia dapatkan dari kampungnya sendiri dan juga dari tempat-tempat pengajian yang berasal dari kampong lain, sehingga di usianya yang masih relative sangat muda dia sudah menguasai cabang-cabang ilmu yang merupakan dasar keislaman tersebut.

Ahmad Dahlan kecil tidak belajar di sekolah formal, hal ini dikarenakan anggapan orang-orang kampong saat itu terutama orang Islam melarang anak-anaknya bersekolah di sekolah Gubernamen (Belanda). Sehingga dia hanya dididik oleh orang tuanya dengan system pengajian yang diberikan oleh ayahnya.

Di Usianya yang masih muda sekitar 21 tahun yaitu pada tahun 1890, Muhammad darwis Melaksanakan Ibadah haji namun tidak hanya itu melainkan juga ia menuntut ilmu di tanah suci mekah berkat bantuan kakaknya yaitu Haji Shaleh. Disana Ia mendalami berbagai ilmu yang telah ia dapat di kampungnya yaitu Jogjakarta.

Di Mekah dia berguru pada Ulama-ulama Indonesia yang sudah lama menetap disana  seperti KH. Makhfudz dari Termas, KH. Nakhrawi (Muhtaram) dari Banyumas, dan KH. Muhammad Nawawi Al Bantani. Hal yang dipelajari seperti mempelajari seni membaca Al-Qran, Tafsir, Tauhid, Ilmu falaq atau perbintangna dan lain sebagainya yang mana ia juaga mendapat bimbingan khusus  dari salah satu gurunya yang merupakan Sorang Ulama besar Syafi’iyah di Mekkah yang bernama Syeh Ahmad Khatib,[5] selain dia juga merupakan seorang ulama besar dan terkenal, Syeh Ahmad Khatib-pun merupakan seorang  Pembaru Islam yang cukup berpengaruh bagi kalangan pelajar Islam Indonesia saat itu.[6]

Pendidikan yang dilaksanakannya pada saat ke-Mekkah tidaklah berlangsung lama, hanya sekitar 1 tahun saja, namun karena hal ini justru dia memanfaatkannya dengan baik untuk mendapatkan ilmu se banyak-banyaknya

Sekembalinya dari Mekkah, Muhammad Darwis ini mengganti namanya dengen nama “Ahmad Dahlan”[7] nama ini diambil dari salah seorang nama mufti terkenal dari Mazhab syafi’i di Mekkah yang bernama “Ahmad bin Zaini Dahlan”, namun nama ini bukan karena semata-mata atas kemauna dirinya, melainkan nama ini diberikan oleh salah seorang gurunya yaitu Syaikh Bakri Syatha, sehingga sampai sekarang nama Ahmad Dahlan inilah yang orang-orang sering sebutkan dan menjadi tidak asing di telinga masyarakat Indonesia. Selain mengganti namanya dia juga membaktikan dirinya untuk mengajar dan berjuang di tanah kelahirannya.

Sekitar Tahun 1898, Ahmad Dahlan berhasil menghimpun se-kurangnya 20 ulama, untuk berdiskusi dalam menentukan arah kiblat di Surau Ahmad Dahlan, pertemuan ini dianggap hanya sebagai ajang tukar pikiran saja tanpa menetapkan suatu apapaun. Namun hal yang belum mencapai kata sepakat ini ternyata berpengaruh bagi kaula muda yang berada di wilayah kauman.

Beberapa hari setelah adanya perkumpulan tersebut, terjadi sebuah peristiwa yang menggemparkan di daerah Kaunan Yogyakarta tepatnya di masjid agung keraton, dia menggarisi masjid dengan garis miring 241/2 derajat yang  menggunakan kapur menuju ke arah barat daya laut yang disebut sebagai kiblat yang tepat.[8] berdasarkan penganamatan Ahmad Dahlan bahwasanya kiblat dari masjid agung tersesebut kurang tepat oleh karena itu harus dibetulkan. Melihat kejadian tersebut, kepala masjid langsung meminta pegawai masjid untuk segera membersihkannya serta mengembalikan shafnya pada arah kiblat semula.

Atas kejadian tersebut Ahmad Dahlan mendirikan Langgarnya sendiri dengan arah kiblat yang dianggapnya benar, namun sayangnya, langgar tersebut dirobohkan oleh masyarakat lingkungan Kauman Djogjakarta. Hal ini membuat Ahmad Dahlan merasa Kecewa namun dia membangun kembali langgarnya dan kejadian yang sama terulang. Ahmad Dahlan merasa terpukul hingga Akhirnya dia memutuskan untuk meninggalkan Djogjakarta bersama Isterinya karena merasa apa yang disuarakannya tidak didengar. Namun saat dia hendak pergi belum sempat sampai ke stasiun, kakaknya Haji Shaleh memintany untuk tetap tinggal di Kauman dan akan dibuatkan kembali langgar atau surau yang dia inginkan, hingga akhirnya Ahmad Dahlan tetap berada di Djogjakarta.[9]

Setelah beberapa tahun lamanya ahmad dahlan berdakwah, iya merasa masih banyak kekurangan terhadap keilmuwan yang dimilikinya, terutama mengenai masalah keislaman. Merasa Ilmu yang dimilikinya belum cukup untuk memperjuangkan apa yang diharapkan di Tanah Kelahiranya, maka pada tahun 1903 ia melakukan perjalanan haji kembali ke tanah suci Mekkah bersama Seorang putranya yang berusia 6 tahun (Muhammad Siraj), tujuannya utamanya tidak hanya sebatas melaksanakan kewajibannya untuk berhaji, melainkan ia lebih ingin memperdalam ilmunya, seperti ilmu Fiqih pada Kyai Machful Tremas, Kyai Muhtaram Banyumas, Syeikh Shaleh Bafadhal, Syeik Sa’id Jamani, Syeikh Sa’id Babusyel, Dalam Ilmu Hadis berguru kepada Mufti Syafi’I, Kiyai Asy’ari Bawean dalam Ilmu Falak (cakrawala) dan Syeikh Ali Misri dalam Qira’at. Dan akhirnya ia harus menetap di Mekkah Al Mukarromah selama dua tahun lalu setelah itu baru kembali ke Tanah Air untuk melnjutkan perjuangannya.

Penting sekali untuk dicatat bahwasanya kedatangannya untuk kedua kalinya ke mekah, ia bertemu dengan Rasyid Ridha, seorang tokoh Pembaharuan Islam di Mesir. Perjumpaannya ini memberikan pengaruh besar terhadap Ahmad Dahlan , karena para pembaharu yang bertemu dengannya lebih menitik beratkan pada  pemurnian tauhid (Keesaan Allah), yang mana maksudnya adalah tidak beriman secara Taklid (Secara membabi buta percaya kepada keterangan seseorang tanpa mengetahui landasan primernya), yang selama ini juga yang dipikirkan oleh Ahmad Dahlan.

Banyak kegiatan yang dia lakukan selama di Mekkah terutama kegiatan diskusi atau dialog intens dengan ide dan pemikiran Wahabbi namun juga Tokoh Pembaharu Islam lainnya seperti Jamal Al-Din Al_afghani, dan Muhammad Abduh. Sehingga diduga kuat bahwasanya sebagaian ide tentang purifikasi Islam yang Muhamad Darwis usung di kemudian hari adalah terinspirasi dari seorang Ulama yang bernama Muhammad Ibnu Abd. Wahhab.

Tidak hanya itu, Muhamad Darwis ini sangat menyukai kitab tafsir “Al-Manar” buah karya seorang ulama besar mesir yaitu Syekh Muhammad Abduh. Tafsir ini dianggap sebagai salah satu pemberi cahaya terang bagi dirinya dan membuka cakrawala pemikirannya, terutama mengenai Islam di Nusantara pada masa itu yang memiliki kemunduran sehingga kondisinya sangat memprihatinka. Hal ini akibat dari tekanan para penjajah Belanda. Pengembaraan intelektual yang dilakukannya ini menjadi salah satu jalan inspiratif bagi dirinya dalam mengembalikan kejayaan Islam dengan melakukan perubahan-perubahan yang signifikan bagi umat Islam di tanah air.

Selain para ulama di atas, Ahmad Dahlan pun menjadikan buku sebagai Inspiratornya, buku yang paling dia gemari yaitu:

  1. Risalah Tauhid karangan Muhammad Abduh.
  2. Tafsir Juz Amma Karangan Muhammad Abduh.
  3. Dairatul Ma’arif karangan Farid Wadjdi.
  4. Fil Bid’ah Karangan Ibn. Taimiyah, diantaranya kitab “Attawasul walwasilah”.
  5. Kanzul Ulum (Gudang Ilmu-ilmu).
  6. Kitab Dairatul Ma’arif Karangan Farid Wajdi.
  7. Al-Islam wa Nasyraniyah karangan Muhammad Abduh.
  8. Idzharul Haq karangan Muhammad Rahmatullah Al-Hindi.
  9. Kitab-kitab hadis karangan Ulama Madzhab Hambali.
  10. Kitab-kitab tafsi Al-Manar karangan Sayyid Rasyid Ridha dan Majalah Al-Urwatul Wusqa.
  11. Tafshilun-Nasjatain Tashilus-Syahadatain.
  12. Matan Al-Hikmah Li ibnu Athailah dll.

Buku-buku tersebut di atas[10], buku-buku tersebut kini disumbangkan kepada Muhammadiyyah Bagian Taman Pustaka.[11]

Namun bagi Muhammad Darwis (KH. Ahmad Dahlan), guru-guru yang memberikan pengaruh bagi keilmuannya tidak hanya guru-guru dari Mekkah namun juga guru-guru yang berada di tanah air, adapun beberpa guru yang cukup berpengaruh yaitu: Kiai Muhamad Nur yang merupakan kaka iparnya sendiri, Kiai Haji Said, R. Ng. Sosrosugondo dan Raden Wedana Dwidjosewojo. Sedangkan yang lainnya yaitu H. Dahlan Semarang dan Kiai Haji Djamil Jambek dari Bukittinggi, selain sebagai Ulama ia juga sebagai seorang ahli ilmu falak.

  1. Kepribadian

Ahmad Dahlan merupakan orang yang sangat Pramatis, dia selalu menetapkan semboyan kepada murid-muridnya “sedikit bicara banyak bekerja” inilah yang Ahmad Dahlan terapkan.

Dalam perjalannanya saat berdagang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya Ahmad Dahlan bisa bergaul dengan siapa saja baik masyarakat tuan rumah ataupun masyarakat lain yang berasal dari luar seperti masyarakat Arab misalnya. Dengan sikapnya yang ramah dan pandai bergaul, menjadikan Ahmad Dahlan mudah untuk mendapatkan dan mengembangkan idenya secara berkesinambungan, karena dia sangat terbuka untuk menerima masukan dan tidak berbuat sepihak. Contohnya saja dia pernah mengunjungi observatorium untuk untuk menetukan arah kiblat, danjuga awal dan akhirnya tanggal satu ramadhan. Ini merupakan salah satu keteladanan Ahmad Dahlan dalam sebuah sikap.

Selain itu Ahmad Dhlan berani memperjuangkan cita-citanya, dia pantang menyerah meski berbagai halangan dan rintangan yang harus dia hadapi sehingga dia juga merupakan salah satu orang yang pantang menyerah hingga akhirnya terbentuk organisasi yang mencitrakan Keislaman yang tinggi yaitu Muhammadiyah.

  1. Keluarga

Seperti yang telah diketahui, Ayah KH. Ahmad Dahlan semasa hidupnya adalah seorang Khatib masjid, dan dirinyapun diangkat menjadi salah satu khatib di Masjid Keraton Kauman Djogjakarta sepulang dari Mekah ke duakalinya. Ahmad Dahlan memiliki gelar tersendiri saat menjadi Khatib, dia digelari sebagai “Khatib Amin”.

Ahmad Dahlan menikah dengan seorang anak Penghulu Kesultanan Djogjakarta Kiai Penghulu Haji Fadhil yaitu Siti Walidah yang biasa disebut dengan “Nyi Dahlan” perkawinannya tersebut dikaruniai 8 orang anak diantaranya adalah

  1. Djohanah (isteri pertama H. Hilal, Ibu Drs. Wahban Hilal)
  2. Siti Aisyah (isteri kedua dari H. Hilal, setelah meninggalnya Djohanah, dan kini terkenal dengan sebutan Aisyah Dahlan).
  3. Siradj Dahlan
  4. Irfan Dahlan
  5. Zuhrah (isteri dari H. Masykur Bandjarmasin).

Untuk menghidupi keluarganya, dia tidak hanya menjadi Khatib, maka dia pun kesehariannya sebagai seorang pedagang batik, tidak hanya di daerah tersebuat melainkan dia berdagang hingga kedaerah Jawa Timur, yaitu Surabaya dan sekitarnya dan juga hingga daerah Tanah Seberang.[12]

Selain Nyai Dahlan, KH. Ahmad Dahlan-pun Pernah menikah dengan Nyai Abdullah, seorang Djanda dari H. Abdullah, yang berputerakan R.H. Duri. Beliau juga pernah menikah dengan Nyai Rum dan dikaruniai seorang anak namun meninggal saat masih bayi. Nyai Rum ini adalah seorang  bibi dari Prof. Kahar Muzakar. Dalam perkawinannya dengan Nyai Aisyah Ci Anjur beliau dikaruniai seorang anak yang bernama Dandanah. Selain itu pernah pula menikah dengan adik Kyai Yasin Pakualam. Pernikahan yang dilakukan selain dari Nyai Dahlan, semuanya adalah janda-janda dan perkawinannya tidak berlangsung lama, dan hanya dengan Nyi walidah lah yang akhirnya menemani Ahmad Dahlan Hingga akhir wafatnya.

Pemikiran KH. Ahmad Dahlan

  1. Keadaan Masyarakat Islam

Masyarakat Islam pada zaman kehidupan Kyai Ahmad Dahlan sangat kritis, orang-orang Islam pada saat itu sangat kental dengan berbuat khurafat, bid’ah dan Syirik hal ini dianggap oleh Ahmad Dahlan menyebabkan masyarakat jauh dari tuntunan agama sehingga cahaya Islam semakin memudar sebagai sebuah akibat dari perbuatan masyarakat islam sendiri. Islam hanya dijadikan sebuah kepercayaan yang diwariskan turun temurun dan ini tidak menjadikan agama islm sebuah keyakinan yang mendorong pada perbuatan baik yaitu praktik-praktik yang nyata berdasarkan apa yang dianjurkan oleh Islam yang termaktub dalam Al-Qur’an dan Hadis.

Ahmad Dahlan menyebutkan beberpa hal yang menyebabkan kemunduran dalam agama Islam

  1. Mistik

Bagi Ahmad Dahlan, mistik adalah salah satu hal yang membuat adanya kemunduran dalam agama Islam saat itu. Sebelum datangnya agama Islam datang, memang sebelumnya orang-orang jawa sudah sangat kental dengan yang namanya mistik, sehingga saat kedatangan Islam secara otomatis terjadi perkawinan atau akulturasi budaya antara kebudayaan Islam dan kebudayaan jawa, terutama ajaran-ajaran para wali yang sangat mengutamakan akan sisi kebudayaan secara bijaksana demi kelancaran dan kedamaian masyarakat saat itu.

Hal lainnya selain dari kebudayaan jawa yang sangat kental dengan msitik, umat Islam yang pada saat itu para pemuka agamanya sangat kental dengan yang namanya mistik juga, karena para penyebar Islam tidak hanya dari daerah Arab, melainkan juga dari Gujarat serta Persia.

Begitu kentalnya ajaran mistik ini hingga akhirnya ada istilah mistik “kejawen”. Hal yang demikian itu bagi ahmad dahlan tidaklah mendorong pada manusia untuk berjuang, melainkan hal ini menjadi sebuah hambatan bagi masyarakat Islam dalam berjihad karena hanya mengurusi masalah kebathinan saja dan menjauhi pergaulan masyarakat, dan ini sebenarnya dianggap sebagai satu ajaran yang menyimpang dari Islam karena Islam mengajarkan keseimbangan.

  1. Selain hal diatas pengaruh agama budha yang masih dianggap menyembah terhadap animism dan dinamisme masih sangat kental di Indonesia hal ini juga dianggap menjadi satu masalah besar bagi Ahmad Dahlan, karena banyak dari umat Islam entah secara sengaja atau tidak sengaja mengikuti budaya atau ritual agama tersebut, memang tidak dapat dipungkiri bahwasanya saat adanya gama baru datang, maka mau tidak mau pasti adanya akulturasi namun hal ini juga harus dengan batas-batas tertentu yang tidak merusak kemurnian agama Islam.
  2. Feodalisme atau mendewa-dewakan seorang figure bangsawan juga yang sangat berpengaruh, terutama di Jawa Tengah yang mana disana terdapat bekas warisan kerajaan Mataram dan juga kerajaan Pajang yang kedua-duanya dari kerajaan tersebut mengaku agama Islam namun prilakunya menyimpang dari ajaran Islam dan itu masih kental bahkan hingga saat ini.
  3. berikutnya yang paling berpengaruh lagi yaitu kemunduran yang disebabkan adanya penjajahan dalam jangka waktu yang sangat panjang yang tidak tanggung-tanggung mencapai ratusan tahun di Negara Indonesia yang secara otomatis memberikan pengaruh besar bagi warga masyarakat yang ada terutama bagi Islam, yang mana masyarakat Islam terjajah dari segi ekonomi dan social ataupun juga dibidang budaya dan bahkan demi kepentingan politiknya penjajah Belanda banyak menggunakan politik kotor dan ini menyebabkan kelumpuhan dari pergerakan warga Islam. Meskipun secara pemeluk, Islam adalah mayoritas. Tapi yang jelas masyarakat islam dirusak atau digerogoti dari dalam.

Dari kejadian kejadian tersebut, Ahmad Dahlan merasa sangat prihatin dangan kondisi ini, dia ingin mengadakan pembaharuan bagi masyarakatnya terutama mengakan ajaran Islam meski dia merasa bingun saiapa diantara ribuan bahkan jutaan manusia yang bisa diajak kerjasama untuk bisa membantu mewujudkan cita-citanya tersebut.

Ahmad Dahlan dengan misinya yang mantap tidak segan segan untuk melakukan perjalanan jauh agar dapat mempelajari sebab-sebab utama yang menjadikan adanya kemunduran dalam Islam tersebut. Demi melancarkan misinya tersebut, Ahmad Dahlan ikut bergabung dalam sebuah organisasi yang dinamakan Boedi Oetomocabang Djogjakarta dan diangkat sebagai ketua komisaris dan tidak hanya itu dia juga mengikuti organisasi sarekat Islam sebagai langkah awal untuk mengadakan sebuah orientasi terhadap pembangunan da’wah Islamnya.

Gerakan Reformasi Islam Ahmad Dahlan dalam tubuh Muhammadiyah

  1. Sejarah Berdirinya Muhamadiyah

Organisasi Muhammadiyyah yang berarti “para pengikut ajaran Muhammad sebagai nabi terakhir yang berlandaskan pada Al-Quran dan Hadis” secara legal dengan nama “Muhamadiyah” terwujud pada 18 November tahun 1912.[13] Namun sebenarnya ide ini sudah terpikirkan sejak tahun 1896M yaitu dengan diawali pembetulan kiblat di masjid-mesjid yang ada dilingkungan Kauman Djogjakarta. Sebelum muhamadiyah menyebar dengan secara luas dan diperkenalkan secara utuh, maka Ahmad Dahlan menginstruksikan agar ada cabang-cabang yang mengadakan sebuah perkumpulan pengaian di daerah-daerah tertentu yaitu seperti di Pekalongan dengan nama Nurul Islam, di Makassar dengan nama “siratala Mustaqim”, di Kisaran Jamiaturrahman, Muhibul Ihsan di Bengkulen dan Nurul Haq di Kuala Kapuas.

Tidak hanya di luar daerah, begitu pula dengan Djogjakarta sebelum Muhamadiyah secara resmi berdiri, disana terdapat banyak kumpulan-kumpulan pengajian seperti Ihwanul Muslimin, Syarikat Mubtadi, Taqwimuddin, Walfadjri, Hambudi Sutci, Chajatul Qulub dan lain sebagainy dan yang akhirnya pada tahun 1921 meleburkan diri menjadi ranting Muhammadiyah.[14]

Secara simple ada beberapa alasan utama bagi Ahmad Dahlan yang cukup kuat untuk diutarakan yang berkaitan dengan berdirinya sebuah organisasi yang bernama Muhammadiyah

  1. Umat ISalam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan sunah nabi sehingga meraja lelanya syirik, Bid’ah dan tahayuk, dan akibatnya Islam tidak memancarkan kemurnian atas ajarannya kembali.
  2. Ketiadaan persaatuan dan kesatuan antara uamt Islam , sebagai akibat dari tidak tegaknya ukhuwah Islamiyyah serta ketiadaan suatu organisasi Islam yang kuat .
  3. Kegagalan dari sebaguan lembaga-lembaga pendidikan islam dalam memprodusir kader-kader islam yang dianggap tidak dapat memenuhi tuntutan zaman.
  4. Sadarnya akan bahaya yang mengancam umat Islam , keluhuiran serta kelangsungan agama Islam di Indonesia karena adanya misi kristenisasi di Indonesia yang dibawa oleh penjajah.
  5. Adanya sikap acuh tak acuh atau rasa kebencian dikalangan para intelek Indonesia terhadapa agama Islam, yang dianggap kolot dan tidak up to date.
  6. Ingin menciptakan adanya sebuah masyarakat yang didalamnya mengajarakan dan menjalankan agama Islam secara utuh didalamnya.

Enam alasan utama diatas menjadi alasan yang kuat bagi Ahmad Dahlan untuk mendirikan organsasi yang bernama “Muhammadiyah yang didalamnya berbasis pada Tuntunan Al-Quran dan juga Hadis atau sunnah rasul”[15]

  1. Ajaran-Ajaran Utama Ahmad Dahlan dalam Tubuh Muhamadiyyah

Dalam setiap organisasi yang di buat maka ada sesuatu yang diusung, yaitu pemikiran-pemikiran yang nantinya akan menjadi ciri khas bagi organisasi tersebut. Maka demikian pula dengan pemikiran Ahmad Dahlan dalam mendirikan sebuah organisasi Muhammadiyah.

Seperti yang telah disinggung dalam pembahasan sebelumnya, ahmad dahlan bertolak dari penekanan pada sebuah pemurnian ajaran Islam dan bidang pendidikan. Muhamadiyah memiliki andil yang cukup besar dalam upaya pemberantasan bid’ah, Khurafat dan tahayul. Ide utamanya menyentuh pada tataran syari’at terutama mengenai upacara-upacara seperti upacara ritual kematian atau tlqin, perkawinan, kehamilan, sunaan menziarahi kuburan-kuburan yang diangap keramat, sesajen pada pohon-pohon besar, jembatan, rumah-rumah yang dianggap angker  dan lain sebagainya yang saat itu sangat kental dikalangan masyarakat Indonesia umumnya dan masyarakat jawa khususnya. Hal ini sesungguhnya tidak dikenal dalam Islam dan bahkan bertentangan dengan agama Islam karena bisa menimbulkan syirik dan bisa menjadikan musyrik yang dengan jelas dapat merusak akidah Islam.

Pemikiran Ahmad Dahlan yang sangat kental dengan Muhammadiyah yang sangat menonjol adalah bahwasanya semua praktik keagamaan dalam islam hendaknya tidak boleh taklid semata-mata, melainkan harus didasarkan pada kesungguhan dalam mengikuti ajaran Islam dan Sunah Rasul Muhammad SAW. Segala sesuatu yang belum pernah dikerjakan nabi seharusnya tidak dikerjakan oleh umat Islam dan bila hal itu dikerjakan maka itu adalah bid’ah.

Cita-cita ahmad dahlan yang berusaha untuk memurnikan ajaran Islam bisa dilihat dari tabligh-tabligh yang dia sampaikan di berbagai kesempatan. Gagasan tentang pemurnian Islam di Indonesia, Muktamar Muhamadiyah selalu digaungkan dalam berbagai kesempatan di setiap departemen-departemen yang berada dibawah naungan Muhammadiyah contohnya saja dengan Majlis “Tarjih” yang membahas masalah kemajuna-kemajuan penguasaan sumber Hadis asli yang sangat erat kaitannya dengan syariat Islam hal ini juga didukung oleh kader-kader Muhammadiyah yang sangat semangat memperjuangkan cita-cita sang pendirinya.

Pengajian-pengajian yang disampaikan Ahmad Dahlan ini mengundang simpati para umat Islam yang haus akan gagasan-gagasan baru, kendati setiap gerakan yang memiliki sentuhan moderenisme selalu memiliki tantangan. Namun hal yang menguntungkan adalah Muhammadiyah bisa berkembang dengan baik dan luas tanpa menimbulkan adanya kecurigaan dari kalangan elit social menengah-keatas serta Pemerintah Belanda pada saat itu.

Dalam setiap pertemuannya Ahmad Dahlan selalu berusaha menggemakan apa yang ada dalam pemikirannya dalam tatanan administrasi keislaman, seperti perlu adanya badan wakaf, masjid-masjid yang mendukung aktifitas social keagamaan , penerbitan buku-buku keislaman, brosur-brosur keislaman, surat kabar dan juga majalah-majalah yang berisikan ajaran-ajaran yang bisa mengembangkan ajaran Islam yang Murni seperti yang diusung oleh Muhammadiyah.

Gagasan Ahmad Dahlan dalam menegakan syariat Islam yang murni tidak hanya tabligh dari masjid ke masjid ataupun majlis-ke majlis, Ahmad Dahlan Mulai merambah pada dunia pendidikan untuk mewujudkan cita-citanya tersebut. Namun sebenarnya tujuan utamanya bukanlah hal itu, melainkan sebagai bentuk kepedulian dia terhadap pendidikan demi kemajuan masyarakat Islam saat itu.

Konsern Ahmad Dahlan terhadap pendidikan patut diacungi jempol, beliau memahami bahwasanya pendidkan merupakan salah satu basis terciptanya kader-kader yang terlatih dalam sebuah organisasi dan ini bagi Ahmad Dalan dianggap salah satu hal yang sangat patut dilakukan untuk kemajuan organisasi di masa yang akan datang.

Ahmad Dahlan memberikan perhatian lebih terhadap pendidikan kaum wanita, beliau menjadikan wanita sebagai pendidik utama dalam sebuah keluarga, karena dari tangan wanitalah bisa tercipta para pemuda yang luar biasa dan tangguh. Untuk melaksanakan hal tersebut Ahmad Dahlan membuat sekolah darurat di rumahnya sendiri, diantara murid-muridnya yaitu:

Aisyah Hilal, Busro Isom, Zahro Muchsin, Wadi’ah Nuh, Dalalah Hisyam, Bariah, Dawinah dan Badilah Zuber.

Pengajar murid-murid tersebut awalnya adalah beliau sendir, namun seiring berjalannya waktu mulai banyak yang tertarik untuk mengajar. Setahun kemudian pada tahun 1913 sekolah ini pindah ke gedung baru di halaman rumah beliau namun masih belum memiliki nama.[16]

Gambaran dalam bidang pendidikan ini pendidikan di Indonesia lebih banyak di pesantren sehingga keilmuwan yang dimiliki masih bersifat tradisional karena pesantren masih lebih banyak mengembangkan Ilmu agama dibandingkan ilmu umum. Namun muhammadiyah pun memberikan gagasan baru dengan memasukan kurikulum modern ke pesantren, sehingga yang dikuasai tidak hanya dalam satu bidang namun termasuk ilmu umum bisa dikuasai. Dalam sekolah atau madrasah yang disebut dengan pesantren modern ini, semua siswa bisa belajar bersama tanpa terikat oleh yang namanya jenis kelamin dalam satu kelas meski tempat duduk mereka terpisah antara bangku ke bangku laki-laki dan perempuan.[17]

Gagasan Ahmad Dahlan yang dikembangkan dalam dunia pendidikan menurut konsep Muhammadiyah juga agar mengajarkan umat Islam bekerja keras membangun Ekonomi. Mengapa demikian, bagi Ahmad Dahlan Islam tidak pernah melarang umatnya untuk menjadi seseorang yang kaya raya, namun dengan catatan tidak menjadi umat yang boros dalam menggunakan kekayaannya dan tidak kikir terhadap sesam bagi yang membutuhkan karena dengan kekayaan masyarakat islam yang kaya seharusnya bisa memberikan bantuan atau membiayai umat Islam lainnya sehingga kekayaan yang dimiliki bisa berkah sat dinafkahkan untuk kepentingan agama dan social.

Lembaga-lembaga pendidikan Muhamadiyah saat ini sudah sangat banyak dan menjamur diseluruh penjuru Indonesia, ini merupakan jasa Ahmad Dahlan yang sangat luar biasa.  sampai saat ini Lembaga yang ada mulai dari Taman Kanak-kanak sampai tingkatan Universitas yang melaksanakan program pendidikan S1, Program Pasca Sarjana S2. Selain itu juga terdapat panti asuhan, rumah sakit Islam, lembaga keuangan Islam dan lain sebagainya.

Meskipun Ahmad Dahlan atau Muhammadiyah telah memiliki banyak lembaga dan berkembang hingga saat ini, namun Ahmad dahlan tidak menulis karya yang tersurat langsung dalam sebuah buku, namun kita bisa melihat dalam catatan-catatan dari murid-muridnya yang saat ini masih kita bisa baca mengenai pesan-pesan yang disampaikan terutama dalam bidang moral dan sepertinya beliau sangat yakin bahwasanya moralitas yang baik adalah salah satu cara untuk membentuk masyarakat yang Islami.

End Notes

[1] Solichin Salam, KH. Ahmad Dahlan “Reformer Islam Indonesia”. hal 21.

[2] Ibid. hal. 21.

[3] A. Mujib dkk. “Intelektualisme Pesantren: Potret Tokoh dan cakrawala pemikiran di era Perkembangan Pesantren”. Hal. 311.

[4] Junus Salam, “KH. Ahmad Dahlan Amal dan Perjuangannya” hal. 57

[5]Ibid. hal. 311

[6] A. Tufiq, M.Pd. dkk. “Sejarah Pemikiran dan Tokoh Moderenisme Islam” hal. 127.

[7] Weinata sairi, Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, (Jakarta:Pustaka Sinar Harapan, 1995), hal. 40.

[8] A. Mujib dkk. “Intelektualisme Pesantren: Potret Tokoh dan cakrawala pemikiran di era Perkembangan Pesantren”. Hal.312

[9] Solichin Salam, KH. Ahmad Dahlan “Reformer Islam Indonesia”. Hal. 75.

[10] Solichin Salam, KH. Ahmad Dahlan “Reformer Islam Indonesia”. hal. 22.

[11] Junus Salam, “KH. Ahmad Dahlan Amal dan Perjuangannya” hal. 59

[12] Solichin Salam, KH. Ahmad Dahlan “Reformer Islam Indonesia”. Hal. 25.

[13] Mujib dkk. “Intelektualisme Pesantren: Potret Tokoh dan cakrawala pemikiran di era Perkembangan Pesantren”. Hal.315

[14] Solichin Salam, KH. Ahmad Dahlan “Reformer Islam Indonesia”. hal.42.

[15] Ibid. hal.44.

[16] Ibid.hal.47.

[17] A. Tufiq, M.Pd. dkk. “Sejarah Pemikiran dan Tokoh Moderenisme Islam” hal.

Daftar Pustaka

Mujib, A, dkk. “Intelektualisme Pesantren: Potret Tokoh dan cakrawala pemikiran di era Perkembangan Pesantren”. (Jakarta: Diva Pustaka Jakarta, 2006)

Mulkham, Abdul Munir. Islam Sejati Kiai Ahmad Dahlan dan Petani Muhammadiyah, (Jakarta: Serambi, 2003)

Mulkham, Abdul Munir. Marhaenisme Muhammadiyah: Ajaran dan Pemikiran KH. Ahmad Dahlan. (Djogjakarta: Galang Pustaka, 2013) 

sairi, Weinata. Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, (Jakarta:Pustaka Sinar Harapan, 1995)

Salam, Solichin. “KH. Ahmad Dahlan: Reformer Islam Indonesia”, (Jakarta: PENERBIT DJAYAMURNI DJAKARTA, 1963).

Taufiq, A. M.Pd. dkk. “Sejarah Pemikiran dan Tokoh Moderenisme Islam”. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005)

www.muhammadiyah.org

http://supardisaminja.wordpress.com/2012/11/09/pokok-pokok-pemikiran-kh-ahmad-dahlan/

 

Seni Budaya Banten

Angklung Buhun

 
Angklung buhun adalah alat musik tradisional khas Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Dinamakan buhun karena kesenian ini lahir bersamaan dengan hadirnya masyarakat Baduy. Buhun berarti tua, kuno (baheula ). Angklung buhun adalah angklung tua yang menjadi kesenian pusaka masyarakat Baduy. Kesenian ini dianggap memiliki nilai magis (kekuaan gaib) dan sakral. Selain itu kesenian ini juga punya arti penting sebagai penyambung amanat untuk memp Continue reading

I Just wanna share My experience

Hi buddies..

kang nong banten 2012

Let me share my experience as an Economical Creative and Tourism Ambassador in my Province Banten. It feels to be honor because the cultural and tourism department in my regency pointed me as a person who can represent my regency. Thanks to God because of His lend less blessing I could finally joint that competition and come to be the big five. When I was following the competition there is nothing that made me felt hard, because most of the material itself is  everything that happened around our environment, such as Gender Equality, Economy, Touri

Continue reading

Deontology Ethics

Deontology Ethics

A.  Pengertian

1. Etika
Etika berasal dari Bahasa yunani, ethos (tunggal) atau ta etha (jamak) yang berarti watak, kebiasaan dan adat istiadat. Pengertian ini biasanya di dasarkan pada perbuatan dan tata hidup yang baik yang mengacu pada kebaikan diri sendiri pribadi ataupun yang mengacu pada perbuatan yang bersifat social atau masyarakat yang diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lainnya. Pengertian Continue reading

A Bit About Logic / Sedikit Tentang Logika

ILMU ( By: A. Rifai Mahasiswa STFI Sadra Jakarta)

  1. Tashawur  (concept)
    1. Dharuri (self evidence concept)

Contoh:
Nadzhari  (theoretical or speculative concept)setengah merupakan baigian dari satu

Contoh: listrik dan meja , maksudnya adalah keduanya itu apa dan terbuat dari apa atau sumbernya dari mana

  1. Tashdiq (assertion, judgment)
    1. Dharuri (self Evidence Concept)

Contoh: Pembenaran yang tidak perlu Continue reading